Selasa, 15 Juli 2014

Info Kesehatan (OSD)


Bahaya OSD
Stimulasi Otak dalam Alternatifnya


            Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah penyakit yang menyebabkan seseorang memiliki keinginan (obsesi) dan dorongan untuk mengulang-ulang perilaku tertentu (kompulsif) berkali-kali. Kadang mereka mengetahui bahwa obsesi dan kompulsinya tidak masuk akal, tetapi mereka tidak bisa mengacuhkan atau menghentikannya. Tanpa melakukannya mereka akan merasa gelisah atau cemas. Penyakit ini bisa menganggu kehidupan Anda dalam segi hubungan, pekerjaan ataupun pendidikan.
            OCD tergolong penyakit yang unik dan rumit, karena sampai saat ini belum jelas apa penyebab dan cara efektif untuk menyembuhkanya. Berdasarkan penelitian para ahli menunjukan kemungkinan penyebab OCD adalah adanya masalah pada pengiriman informasi pada bagian otak yang satu dengan bagian otak lainnya. Hal ini di picu oleh adanya stres yang berat. Masalah juga datang jika jumlah serotonin atau zat kimia yang ada dalam otak kurang dari jumlah normal.
            Gejala penyakit OCD dikelompokkan menjadi dua macam. Yaitu gejala Obsesi dan gejala Kompulsi. Gejala Obsesi ditandai dengan munculnya berbagai pikiran, ide atau dorongan yang tidak diinginkan yang terus saja datang tanpa henti. Dorongan ini terus saja ada di kepala anda, bisa menyebabkan kecemasan dan rasa takut. Ketakutan ini bisa menyangkut pikiran tentang seksual, kekerasan penyakit serta infeksi. Beberapa contoh gejala OCD Obsesi adalah :
ü  Takut kotor, terkena kuman ataupun infeksi.
ü  Ketakutan pasangan mendapatkan bahaya saat mengemudi.
ü  Takut membahayakan diri sendiri ataupun pasangan.
ü  Selalu merasa resah. Banyak pikiran negatif yang ada di pikiran seperti perasaan lupa mengunci pintu, lupa mematikan kompor dan lain-lain.
Gejala Kompulsi ditunjukkan dengan adanya kelakuan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menghilangkan gejala obsesi di atas. Gejala ini misalnya :
ü  Mencuci tangan terus menerus untuk menghilangkan kotor, kuman, atau infeksi.
ü  Berdoa secara terus menerus yang diakibatkan oleh kecemasan yang berlebihan.
ü  Melakukan hal-hal yang aneh atau diluar kewajaran.
ü  Mengulang sesuatu hingga anda merasa hal tersebut sempurna namun tidak akan pernah terasa sempurna.
Penyakit OCD kebanyakan di derita oleh remaja umur 19 tahun. Namun demikian OCD juga bisa dimulai dari masa anak-anak dan biasanya akan terus berkembang hingga usia 30 tahun dengan mayoritas penderita adalah laki-laki.
Penanganan atas masalah ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dan metoda. Bagi pengidap gejala tahap ringan, sebaiknya melakukan latihan-latihan intensif untuk meringankan bahkan kemungkinan dapat menghilangkan gangguan mental tersebut. Namun jika sudah mulai msuk tahap berat bagi penderita penyakit ini maka alternatifnya bisa menggunakan Srimulasi otak dalam.
Dr. Maguire, yang menjabat sebagai kepala departemen psikiatri dan ilmu saraf di Fakultas Kedokteran University of California Riverside. Menuturkan "Ini bukan metode lini pertama yang diberikan kepada pasien karena sifatnya yang invasif. Cara ini hanya untuk pasien yang mengalami kegagalan ketika menjalani terapi standar, terapi bicara dan obat-obatan,"
Adapun prosedur yang ditetapkan oleh beliau untuk tahap pengobatan penyakit OSD ini dengan Stimulasi otak dalam dikenal dengan  Prosedur yang disebut dengan 'deep brain stimulation' ini sendiri sifatnya masih coba-coba karena sebelumnya lebih banyak dipakai pada pasien dengan gangguan sistem saraf seperti tremor, distonia atau Parkinson.
Dr Frank Hsu dari departemen bedah saraf University of California. Mengimbuhkan "Setelah 'ditanam', elektroda-elektroda tadi diklaim dapat mengubah 'lingkungan' di dalam otak yang diduga mengakibatkan terjadinya OCD, dengan harapan dapat meredakan gejala OCD yang diperlihatkan penderita,"
Dr Hsu menambahkan gejala OCD pada sejumlah pasien sebelum Brett juga cenderung berkurang pasca menjalani prosedur stimulasi pada otak ini, meskipun hingga detik ini peneliti sendiri tak tahu pasti bagaimana mekanisme kerja dari prosedur tersebut.
Prosedur ini telah dibuktikan dampak positifnya untuk meringankan bahkan menyembuhkan secara bertahap orang yang menderita penyakit OSD ini sebut saja namanya “Brett” asli California, dia sudah diketahui gejala penyakit Osd ini pada dirinya ketka berumur 12 tahun. Di usia 12 tahun, Brett pun dipastikan dokter mengidap OCD. Dan secara otomatis, penyakit mental ini juga 'membajak' hidupnya. Mulai dari ia tak bisa bekerja dan tak punya banyak teman; kepribadiannya sangat tertutup dan ia susah untuk tersenyum; bahkan cara bicaranya pun terbata-bata atau gagap.
            Hingga sekarang dia berumur 37 tahun, Pria ini bukannya diam saja. Ia telah menghabiskan waktu lebih dari 20 tahun terakhir untuk mencoba berbagai jenis pengobatan, seperti minum berbagai kombinasi obat, terapi perilaku kognitif, mendatangi beberapa spesialis sekaligus hingga diopname. Tapi hasilnya nihil.
Akhirnya ibunya bertemu dengan dokter Maguire, dan dissarankan untuk melakukan prosedur ini, sebuah prosedur di mana nantinya di dalam otak Brett akan 'ditanami' sejumlah elektroda, terutama di dekat striatum atau bagian otak yang bertanggung jawab mengatur emosi mendasar pada manusia seperti cemas dan takut.
Ketika akhirnya Brett masuk ke ruang operasi dan tim dokter menstimulasi otaknya, pria ini mengaku rasa takut yang selama ini dialaminya perlahan mulai hilang. Bahkan sesekali Brett tertawa cekikikan karena efek dari stimulasi tersebut.
            Beberapa minggu pasca operasi, Brett mengaku telah merasakan manfaatnya. Namun alat stimulasi yang diaktifkan di dalam otak Brett baru resmi dinyalakan pada bulan Januari tahun ini. Perasaan bahagia yang dialami Brett memang hanya bersifat sementara karena efek dari terapi ini baru bisa terlihat optimal berbulan-bulan kemudian
             Tiap beberapa minggu sekali dokter juga akan menambah jumlah arus listrik yang harus dialirkan ke otak Brett. "Tapi setiap kali dinyalakan, saya merasa jauh lebih baik dan lebih kalem," sambungnya.
Kendati begitu, Dr Hsu tak menampik bila prosedur ini ada efek sampingnya semisal risiko pendarahan di otak, stroke maupun infeksi. Baterai yang 'ditanam' di bawah kulit agar arus listrik bisa terus mengalir ke otak dayanya juga bisa habis. Dan bila sudah begini, prosedur operasi lain harus dilakukan untuk mengganti baterai tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar