Jumat, 18 Juli 2014

Bahaya Virus H7N9, Factor Flu burung


Bahaya Virus H7N9
Factor Flu burung

           
            H7N9 adalah virus flu burung kedua bersama H5N1 yang mewabah dalam beberapa tahun terakhir melalui pasar, dimana penjual dan pembeli melakukan kontak langsung dengan ayam dan bebek yang terinfeksi. H5N1 lebih berbahaya bagi manusia dibanding H7N9, tetapi penyebarannya melalui burung lebih mudah terdeteksi. Karena akan tampak gejala sakit pada unggas. Sebaliknya dengan H7N9. Pengertian tentang Virus burung H7N9 adalah normal sebagai penyakit unggas. Tetapi virus ini pertama kali menginfeksi manusia Maret 2013 dan dikenal dengan H7N9. Infeksi virus menurun di musim panas tahun 2013. Resiko kematian mencapai 30%. WHO mengidentifikasi H7N9 merupakan virus luar biasa berbahaya bagi manusia. 10 tahun berlalu penyebaran flu H5N1 yang menyebar di Asia Tenggara. Sekarang sudah bergabung jenis baru. Kasus flue H7N9 mulai tampak di selatan dan timur China. Tapi masih ada satu lagi flu burung H10N8, yang sudah menelan korban ke 2 di kawasan yang sama. Sekarang jelas semua mutasi gen virus berasal dari satu virus induk.
Perubahan nama flu burung sekarang menjadi lebih banyak. Diawali dari jenis H9N2, karena virus ini menjadi induk ke 3 virus lain di China dengan varian H5N1, H7N9 dan H10N8. Sejauh ini, ketiga virus yang dapat menginfeksi manusia tapi belum memiliki kemampuan menyebar langsung antar manusia. Virus H7N9 muncul pada musim semi lalu. Mengapa virus ini bisa kembali muncul. Pemicunya dari pasar unggas, dan bukan dari peternakan (pernyataan sementara dari pemerintah China), H7N9 bukan masalah utama. Masih ada varian lain H10N8. Akhir Desember menginfeksi seorang wanita 73 tahun dan meninggal. Terakhir seorang wanita 55 tahun dalam kondisi kritis setelah mengunjungi pasar unggas. Informasi tentang virus H10 masih sangat sedikit. Mungkin masih ada lagi virus baru lainnya yang belum terditeksi.
Untuk kali pertama, analisis genetik secara menyeluruh terhadap virus H7N9 dilakukan para ilmuwan di China. Penemuan ini memandu para ahli mengatahui asal dan sejarah evolusi virus tersebut.Dalam studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet, para ilmuwan memastikan bahwa virus flu burung H7N9N9 yang mulai menyebar sejak Februari 2013, ditularkan dari ayam di pasar unggas basah ke manusia. Tim peneliti menggunakan data dari, The Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID). Data yang ada digunakan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang potongan gen virus H7N9. Tim menggunakan uji filogenetik dan analisis coalescent, untuk mengekstrak sekitar 100 potongan gen H7N9. Hasilnya ada 3 lokasi yang kemungkinan menjadi asal virus, yaitu Amerika, Oseania, dan keturunan Eurasia.
Dalam laporan penelitian disebutkan, potongan gen H7N9 secara genetis cocok dengan gen hasil isolasi virus pada bebek, yang ditemukan di propinsi Zhejiang. "Pohon filogenetik (silsilah) H7 menunjukkan, varian virus ini bersirkulasi di bebek liar. Lokasi sirkulasi ada di Asia Timur yang mencakup China bagian timur, Korea Selatan, dan Jepang," kata salah satu penulis. Kendati begitu, 2 hasil isolasi gen menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini mengindikasikan virus telah berevolusi dari asalnya. Para peneliti percayH7N9N9 yang menginfeksi manusia berasal dari bebek dan ayam. Migrasi virus dari belahan dunia barat ke timur dimungkinkan bila ada agen atau vektor pembawa. "Kemungkinan virus yang terdapat pada burung berasal dari migrasi yang terjadi sepanjang tahun. Virus ini kemungkinan menginfeksi ayam yang memiliki gen hampir sama dengan burung," kata peneliti.
Seperti halnya yang dikutip dari openg blus.com kasus pertama H7N9 teridentifikasi pada (30/3). Pada (18/4) virus ini berhasil menyebar di berbagai kota di propinsi Shanghai, Anhui, Jiangsu, Zhejiang, Beijing, dan Henan.Walau kemungkinan asal dan rute penyebaran sudah ditemukan, para peneliti harus bekerja ekstra cepat. Pasalnya peneliti menduga virus H7N9 telah bermutasi dibanding saat pertama kali diketahui beberapa waktu lalu. Karena itu para peneliti menyarankan pengawasan ketat pada kawasan yang bisa menyebarkan virus misalnya peternakan bebek dan ayam, di negara yang berpotensi menjadi pusat sirkulasi virus.
Ancaman virus H7N9 ternyata belum berakhir. Malah, hasil analisis mendalam terhadap kasus di China menunjukkan virus ini menular antarmanusia. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ). Penelitian ini menganalisis kasus penularan di sebuah keluarga di China Timur dan bukti-bukti menunjukkan terjadi penularan virus ini dari pasien (usia 60 tahun) kepada anak perempuannya. Meski hasil penelitian ini tidak berarti H7N9 sebentar lagi akan menjadi pandemi flu, hal ini seharusnya meningkatkan kewaspadaan. Virus ini belum menular antarmanusia secara efektif. Ini berarti risikonya untuk menjadi pandemi masih rendah. Virus flu burung baru ini sebelumnya tidak menulari manusia. Namun, menurut WHO, sejauh ini sudah 133 orang di China dan Taiwan tertular dan 43 orang di antaranya meninggal dunia. Kebanyakan korban tertular setelah mengunjungi pasar unggas atau melakukan kontak dengan unggas dalam 7-10 hari sebelum sakit.
            Sekarang virus ini mulai menebar ancaman ke5 negara di asia yakni Sebagian wilayah Bangladesh, India, Indonesia, Filipina dan Vietnam terancam virus H7N9 karena, seperti Cina, negara-negara ini juga memiliki pasar burung di kawasan padat penduduk. Demikian menurut tim peneliti internasional yang terdiri dari ilmuwan-ilmuwan Free University of Brussels, International Livestock Research Institute, Oxford University dan Chinese Centre for Disease Control and Prevention. Daerah yang berpotensi terkena resiko termasuk pusat kota pesisir timur dan tenggara Cina dimana kasus H7N9 belum dilaporkan; sebagian wilayah Bengal dari Bangladesh dan India, Sungai Merah dan Delta Mekong di Vietnam, dan wilayah terpencil di Indonesia dan Filipina.
            Hal ini didasari oleh Peta yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, berupaya menjadi pemantau yang mengidentifikasi titik lokasi kemungkinan mewabahnya H7N9. "Ekspansi geografis yang perlahan di provinsi tengah dan selatan Cina mengindikasi bahwa walau adanya upaya pengawasan ketat, H7N9 sulit untuk dicegah pada pasar unggas," studi tersebut memperingatkan. "Ada kemungkinan penyebaran penyakit jauh lebih luas dibandingkan indikasi dari kasus pada manusia yang telah dilaporkan sejauh ini. (sul/dbs).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar