Bahaya
Virus H7N9
Factor
Flu burung
H7N9 adalah virus flu burung kedua
bersama H5N1 yang mewabah dalam beberapa tahun terakhir melalui pasar, dimana
penjual dan pembeli melakukan kontak langsung dengan ayam dan bebek yang
terinfeksi. H5N1 lebih berbahaya bagi manusia dibanding H7N9, tetapi penyebarannya
melalui burung lebih mudah terdeteksi. Karena akan tampak gejala sakit pada
unggas. Sebaliknya dengan H7N9. Pengertian tentang Virus burung H7N9 adalah
normal sebagai penyakit unggas. Tetapi virus ini pertama kali menginfeksi
manusia Maret 2013 dan dikenal dengan H7N9. Infeksi virus menurun di musim
panas tahun 2013. Resiko kematian mencapai 30%. WHO mengidentifikasi H7N9
merupakan virus luar biasa berbahaya bagi manusia. 10 tahun berlalu penyebaran
flu H5N1 yang menyebar di Asia Tenggara. Sekarang sudah bergabung jenis baru.
Kasus flue H7N9 mulai tampak di selatan dan timur China. Tapi masih ada satu
lagi flu burung H10N8, yang sudah menelan korban ke 2 di kawasan yang sama.
Sekarang jelas semua mutasi gen virus berasal dari satu virus induk.
Perubahan nama flu burung sekarang menjadi lebih banyak. Diawali dari
jenis H9N2, karena virus ini menjadi induk ke 3 virus lain di China dengan
varian H5N1, H7N9 dan H10N8. Sejauh ini, ketiga virus yang dapat menginfeksi
manusia tapi belum memiliki kemampuan menyebar langsung antar manusia. Virus
H7N9 muncul pada musim semi lalu. Mengapa virus ini bisa kembali muncul.
Pemicunya dari pasar unggas, dan bukan dari peternakan (pernyataan sementara
dari pemerintah China), H7N9 bukan masalah utama. Masih ada varian lain H10N8. Akhir Desember menginfeksi seorang wanita 73 tahun dan
meninggal. Terakhir seorang wanita 55 tahun dalam kondisi kritis setelah
mengunjungi pasar unggas. Informasi tentang virus H10 masih sangat sedikit.
Mungkin masih ada lagi virus baru lainnya yang belum terditeksi.
Untuk kali pertama, analisis genetik secara menyeluruh terhadap virus
H7N9 dilakukan para ilmuwan di China. Penemuan ini memandu para ahli mengatahui
asal dan sejarah evolusi virus tersebut.Dalam studi yang dimuat dalam jurnal
The Lancet, para ilmuwan memastikan bahwa virus flu burung H7N9N9 yang mulai
menyebar sejak Februari 2013, ditularkan dari ayam di pasar unggas basah ke manusia.
Tim peneliti menggunakan data dari, The Global Initiative on Sharing Avian
Influenza Data (GISAID). Data yang ada digunakan untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi tentang potongan gen virus H7N9. Tim menggunakan uji
filogenetik dan analisis coalescent, untuk mengekstrak sekitar 100 potongan gen
H7N9. Hasilnya ada 3 lokasi yang kemungkinan menjadi asal virus, yaitu Amerika,
Oseania, dan keturunan Eurasia.
Dalam
laporan penelitian disebutkan, potongan gen H7N9 secara genetis cocok dengan
gen hasil isolasi virus pada bebek, yang ditemukan di propinsi Zhejiang.
"Pohon filogenetik (silsilah) H7 menunjukkan, varian virus ini
bersirkulasi di bebek liar. Lokasi sirkulasi ada di Asia Timur yang mencakup
China bagian timur, Korea Selatan, dan Jepang," kata salah satu penulis.
Kendati begitu, 2 hasil isolasi gen menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini
mengindikasikan virus telah berevolusi dari asalnya. Para peneliti percayH7N9N9
yang menginfeksi manusia berasal dari bebek dan ayam. Migrasi virus dari
belahan dunia barat ke timur dimungkinkan bila ada agen atau vektor pembawa.
"Kemungkinan virus yang terdapat pada burung berasal dari migrasi yang
terjadi sepanjang tahun. Virus ini kemungkinan menginfeksi ayam yang memiliki
gen hampir sama dengan burung," kata peneliti.
Seperti
halnya yang dikutip dari openg blus.com kasus pertama H7N9 teridentifikasi pada
(30/3). Pada (18/4) virus ini berhasil menyebar di berbagai kota di propinsi
Shanghai, Anhui, Jiangsu, Zhejiang, Beijing, dan Henan.Walau kemungkinan asal
dan rute penyebaran sudah ditemukan, para peneliti harus bekerja ekstra cepat.
Pasalnya peneliti menduga virus H7N9 telah bermutasi dibanding saat pertama
kali diketahui beberapa waktu lalu. Karena itu para peneliti menyarankan
pengawasan ketat pada kawasan yang bisa menyebarkan virus misalnya peternakan
bebek dan ayam, di negara yang berpotensi menjadi pusat sirkulasi virus.
Ancaman
virus H7N9 ternyata belum berakhir. Malah, hasil analisis mendalam terhadap
kasus di China menunjukkan virus ini menular antarmanusia. Hasil penelitian ini
telah dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ). Penelitian ini
menganalisis kasus penularan di sebuah keluarga di China Timur dan bukti-bukti
menunjukkan terjadi penularan virus ini dari pasien (usia 60 tahun) kepada anak
perempuannya. Meski hasil penelitian ini tidak berarti H7N9 sebentar lagi akan
menjadi pandemi flu, hal ini seharusnya meningkatkan kewaspadaan. Virus ini
belum menular antarmanusia secara efektif. Ini berarti risikonya untuk menjadi
pandemi masih rendah. Virus flu burung baru ini sebelumnya tidak menulari
manusia. Namun, menurut WHO, sejauh ini sudah 133 orang di China dan Taiwan
tertular dan 43 orang di antaranya meninggal dunia. Kebanyakan korban tertular
setelah mengunjungi pasar unggas atau melakukan kontak dengan unggas dalam 7-10
hari sebelum sakit.
Sekarang
virus ini mulai menebar ancaman ke5 negara di asia yakni Sebagian wilayah
Bangladesh, India, Indonesia, Filipina dan Vietnam terancam virus H7N9 karena,
seperti Cina, negara-negara ini juga memiliki pasar burung di kawasan padat
penduduk. Demikian menurut tim peneliti internasional yang terdiri dari
ilmuwan-ilmuwan Free University of Brussels, International Livestock Research
Institute, Oxford University dan Chinese Centre for Disease Control and
Prevention. Daerah yang berpotensi terkena resiko termasuk pusat kota pesisir
timur dan tenggara Cina dimana kasus H7N9 belum dilaporkan; sebagian wilayah
Bengal dari Bangladesh dan India, Sungai Merah dan Delta Mekong di Vietnam, dan
wilayah terpencil di Indonesia dan Filipina.
Hal
ini didasari oleh Peta yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications,
berupaya menjadi pemantau yang mengidentifikasi titik lokasi kemungkinan
mewabahnya H7N9. "Ekspansi geografis yang perlahan di provinsi tengah dan
selatan Cina mengindikasi bahwa walau adanya upaya pengawasan ketat, H7N9 sulit
untuk dicegah pada pasar unggas," studi tersebut memperingatkan. "Ada
kemungkinan penyebaran penyakit jauh lebih luas dibandingkan indikasi dari
kasus pada manusia yang telah dilaporkan sejauh ini. (sul/dbs).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar