Rabu, 13 Agustus 2014

Depresi


Tingkat depresi Pada Remaja Meningkat
Apa Penyebabnya?


Tahun 2014 ini para peneliti menilai peningkatan depresi pada kaum remaja meningkat sekali, penyebabnya banyak sekali baik itu berbentuk stress yang diakibatkan oleh dirinya sendiri atau oleh orang terdekat mereka, kalau kita mengaca pada fakta kehidupan Perkembangan dunia anak dan remaja dari masa ke masa selalu menjadi fenomena yang menarik untuk diperbincangkan. Salah satu untuk patut di perbincangkan karena suasana yang mengkawatirkan dari para generasi bangsa ini contohnya terdapat sederet masalah yang mengintai remaja saat ini, misalnya ancaman narkoba, seks bebas, depresi remaja, kasus-kasus bunuh diri yang akhir-akhir ini sering diberitakan oleh media masa.
kalau kita kembalikan pada pengertian dasar bahwa depresi adalah suatu kumpulan gejala (sindroma) gangguan keseimbangan mood (suasana perasaan).  Menurut penelitian yang ada, fakta menunjukkan bahwa gejala depresi meningkat dari masa anak–anak ke masa remaja, dan tanda meningkatnya depresi muncul pada usia 13 – 15 tahun serta mencapai puncaknya sekitar 17 – 18 tahun, dan kemudian menjadi stabil pada usia dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih sering untuk mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki.
            Menurut I Gusti Ayu Endah Ardjana (dalam Soetjiningsih, 2004) depresi yang nyata menunjukkan trias gejala yaitu: pertama tekanan perasaan, biasanya anak muda mengekspresikannya dengan raut muka yang sedih, menangis dan sebagainya. Kedua kesulitan  berpikir, dimana anak menjadi pendiam, dan menjadi malas. Ketiga Kelambatan  psikomotor, Kelambatan psikomotor ini biasanya dirasakan oleh penderitanya sendiri dan bisa diamati oleh orang orang, misalnya mudah lelah, letih, kurang antusias, kurang energi, ragu-ragu, keluhan somatik yang tak menentu. Namun, perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus berlanjut sampai lebih. dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang remaja merasa tidak bahagia.
            Istilah depresi pertama kali dikenalkan oleh Meyer (1905) untuk menggambarkan suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologis lainnya gangguan somatik (fisik) maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan ke dalam gangguan afektif.
Bisa disimpulkan bahwa depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa ,kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, dan menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas.
            Pada dasarnya masa remaja itu merupakan masa peralihan seseorang dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan Menurut WHO berdasarkan umur kronologisnya mengkatagorikan seseorang dapat disebut sebagai remaja ketika usianya mencapai 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004). Jumlah remaja merupakan jumlah populasi yang paling besar dari penduduk dunia. 
Statistik Indonesia (2014) menunjukan pada tahun 2013 jumlah populasi remaja usia 10-19 tahun di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 40.592.600 jiwa atau 16% dari penduduk Indonesia. Tingginya jumlah populasi remaja dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukan potensi diri yang positif, tetapi sebaliknya hal tersebut dapat menjai petaka jika remaja berperilaku negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja (Mulyasari, 2010).
           Memang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup pesat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja (SKRRI, 2010). Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai peran penting di masa yang akan datang dimana mereka diharapkan mampu berprestasi dan mampu menghadapi tantangan-tantanganyang ada pada masa sekarang dan yang akan datang. Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya hambatan, kesulitan, kendala dan penyimpangan dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas perlembangan yang dilaluinya. Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah (Sarwono, 2011).
          Bebrapa peneliti mengungkapkan bahwa semakin meningkat usia anak maka angka kejadian depresinya makin meningkat. Dari data penelitian di Amerika, didapatkan gejala depresi pada remaja umur 11-13 tahun (remaja awal) lebih ringan secara bermakna dibandingkan dengan gejala depresi pada umur 14 tahun (remaja menengah) dan umur 17-18 tahun (remaja akhir). Remaja awal dengan gejala depresi lebih sering mengeluh dirinya kurang menarik dan ingin berat badannya turun dari pada remaja akhir. Remaja dengan sosio-ekonomi lebih rendah, lebih berat gejala depresinya daripada remaja dengan sosio ekonomi yang lebih tinggi. Walaupun depresi sudah dikenal sejak beberapa abad yang lalu, penyebabnya belum diketahui secara pasti. Penelitian untuk mengetahui mekanisme terjadinya sudah cukup banyak dilakukan, baik dalam bidang genetik, pencitraan otak, kimia otak, atau psikodinamika, namun hasilnya belum memberikan kepastian.
          Anak remaja yang mengalami gangguan depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, serasa rendah diri, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan. Selain itu merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo atau hiperaktif Anak remaja dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, sehingga akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun dari hari ke hari.
           Penyebab depresi remaja memang tidak diketahui secara pasti, akan tetapi telah diajukan sejumlah teori penting, dimana teori ini dapat digunakan sebagai gambaran sebagai faktor penyebab depresi. Maka dari itu terdapat lima faktor yang dapat diketahui sebagai faktor penyebab depresi, yaitu: pertama faktor psikologis, kedua faktor biologis, ketiga faktor neuro-imunologis (gangguan pada zat imunologis yang terdapat pada susunan syaraf pusat), keempat faktor genetik, kelima faktor psikososial (pengaruh sosial).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar