Tingkat depresi Pada Remaja
Meningkat
Apa Penyebabnya?
Tahun 2014 ini
para peneliti menilai peningkatan depresi pada kaum remaja meningkat sekali,
penyebabnya banyak sekali baik itu berbentuk stress yang diakibatkan oleh
dirinya sendiri atau oleh orang terdekat mereka, kalau kita mengaca pada fakta
kehidupan Perkembangan dunia anak dan remaja dari masa ke masa selalu menjadi
fenomena yang menarik untuk diperbincangkan. Salah satu untuk patut di
perbincangkan karena suasana yang mengkawatirkan dari para generasi bangsa ini
contohnya terdapat sederet masalah yang mengintai remaja saat ini, misalnya
ancaman narkoba, seks bebas, depresi remaja, kasus-kasus bunuh diri yang
akhir-akhir ini sering diberitakan oleh media masa.
kalau kita
kembalikan pada pengertian dasar bahwa depresi adalah suatu kumpulan gejala
(sindroma) gangguan keseimbangan mood (suasana perasaan). Menurut penelitian yang ada, fakta
menunjukkan bahwa gejala depresi meningkat dari masa anak–anak ke masa remaja,
dan tanda meningkatnya depresi muncul pada usia 13 – 15 tahun serta mencapai
puncaknya sekitar 17 – 18 tahun, dan kemudian menjadi stabil pada usia dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih sering untuk mengalami
depresi dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut I Gusti Ayu Endah
Ardjana (dalam Soetjiningsih, 2004) depresi yang nyata menunjukkan trias gejala
yaitu: pertama tekanan perasaan, biasanya anak muda mengekspresikannya dengan
raut muka yang sedih, menangis dan sebagainya. Kedua kesulitan berpikir, dimana anak menjadi pendiam, dan
menjadi malas. Ketiga Kelambatan
psikomotor, Kelambatan psikomotor ini biasanya dirasakan oleh
penderitanya sendiri dan bisa diamati oleh orang orang, misalnya mudah lelah,
letih, kurang antusias, kurang energi, ragu-ragu, keluhan somatik yang tak
menentu. Namun, perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus
berlanjut sampai lebih. dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang
remaja merasa tidak bahagia.
Istilah depresi pertama
kali dikenalkan oleh Meyer (1905) untuk menggambarkan suatu penyakit jiwa
dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologis lainnya
gangguan somatik (fisik) maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu
dan digolongkan ke dalam gangguan afektif.
Bisa disimpulkan bahwa
depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan
adanya perasaan sedih, putus asa ,kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat
dalam berpikir, dan menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas.
Pada dasarnya masa remaja
itu merupakan masa peralihan seseorang dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Sedangkan Menurut WHO berdasarkan umur kronologisnya mengkatagorikan seseorang
dapat disebut sebagai remaja ketika usianya mencapai 10-18 tahun (Soetjiningsih,
2004). Jumlah remaja merupakan jumlah populasi yang paling besar dari penduduk
dunia.
Statistik Indonesia
(2014) menunjukan pada tahun 2013 jumlah populasi remaja usia 10-19 tahun di
seluruh wilayah Indonesia berjumlah 40.592.600 jiwa atau 16% dari penduduk
Indonesia. Tingginya jumlah populasi
remaja dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukan potensi diri yang
positif, tetapi sebaliknya hal tersebut dapat menjai petaka jika remaja
berperilaku negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja (Mulyasari,
2010).
Memang Pertumbuhan
penduduk di Indonesia cukup pesat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak
233 juta jiwa dan 26,8% atau 63 juta jiwa adalah remaja (SKRRI, 2010). Remaja
merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai peran penting di masa yang
akan datang dimana mereka diharapkan mampu berprestasi dan mampu menghadapi
tantangan-tantanganyang ada pada masa sekarang dan yang akan datang. Remaja
perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara
mental remaja diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya
hambatan, kesulitan, kendala dan penyimpangan dalam kehidupan termasuk dalam
kehidupan sosial sesuai dengan tugas perlembangan yang dilaluinya. Perkembangan
pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi
stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah (Sarwono, 2011).
Bebrapa peneliti
mengungkapkan bahwa semakin meningkat usia anak maka angka kejadian depresinya
makin meningkat. Dari data penelitian di Amerika, didapatkan gejala depresi
pada remaja umur 11-13 tahun (remaja awal) lebih ringan secara bermakna
dibandingkan dengan gejala depresi pada umur 14 tahun (remaja menengah) dan
umur 17-18 tahun (remaja akhir). Remaja awal dengan gejala depresi lebih sering
mengeluh dirinya kurang menarik dan ingin berat badannya turun dari pada remaja
akhir. Remaja dengan sosio-ekonomi lebih rendah, lebih berat gejala depresinya
daripada remaja dengan sosio ekonomi yang lebih tinggi. Walaupun depresi sudah
dikenal sejak beberapa abad yang lalu, penyebabnya belum diketahui secara
pasti. Penelitian untuk mengetahui mekanisme terjadinya sudah cukup banyak
dilakukan, baik dalam bidang genetik, pencitraan otak, kimia otak, atau
psikodinamika, namun hasilnya belum memberikan kepastian.
Anak remaja yang
mengalami gangguan depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti perasaan
sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di
rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur
berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, serasa rendah diri, sulit
konsentrasi dan sulit mengambil keputusan. Selain itu merasa putus asa, gairah
belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo atau hiperaktif Anak remaja dengan
gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi
belajar yang menurun, sehingga akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga
membuat prestasi belajar anak menurun dari hari ke hari.
Penyebab depresi remaja
memang tidak diketahui secara pasti, akan tetapi telah diajukan sejumlah teori
penting, dimana teori ini dapat digunakan sebagai gambaran sebagai faktor
penyebab depresi. Maka dari itu terdapat lima faktor yang dapat diketahui
sebagai faktor penyebab depresi, yaitu: pertama faktor psikologis, kedua
faktor biologis, ketiga faktor neuro-imunologis (gangguan pada zat
imunologis yang terdapat pada susunan syaraf pusat), keempat faktor
genetik, kelima faktor psikososial (pengaruh sosial).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar